Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyiapkan empat skema untuk mencegah kerugian petani akibat fluktuasi harga gabah yang biasanya terjadi memasuki musim panen raya padi.
Pasalnya, dalam kunjungan kerjanya menghadiri panen raya di Desa Mancagahar, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa, Amran mengatakan dari pemantauannya harga gabah di wilayah Jawa Barat sudah mulai turun sekira Rp700 per kilogram menjadi sekitar Rp3.800 sampai Rp4.000 per kg.
"Ada empat harga yang berbeda-beda kita siapkan agar petani tidak rugi. Kemarin kami menerima laporan bahwa harga turun sampai ada Rp3.800. Ini berbahaya, harus cepat kami bergerak," kata Amran.
Amran menjelaskan empat jenis harga gabah yang disiapkan untuk menghindari kerugian pada petani, yakni pertama, harga di luar kualitas.
Menurut dia, petani sering mengeluhkan kadar air yang tinggi pada gabah sehingga Bulog tidak bisa menyerap produksi tersebut. Oleh karena itu, Amran pun mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang mengatur agar Bulog tetap membeli gabah petani dengan kadar air maksimal 30 persen.
"Terkadang kadari air tinggi, Bulog tidak bisa serap. Kita memasang 30 persen. Permentannya sudah kami keluarkan, jadi kalau kadar airnya tinggi, kita langsung beli," kata Amran.
Jenis harga kedua yakni sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Ada pun menurut Inpres Nomor 5 Tahun 2015, HPP untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp3.700 per kg dan gabah kering giling (GKG) Rp4.600 per kg.
Ketiga, yakni harga fleksibilitas yang ditentukan 10 persen dari HPP. Skema harga keempat, yaitu komersial di mana harga gabah berkualitas tinggi ditentukan oleh Tim Sergab, Bulog dan petani.
Untuk mengimplementasikan keempat skema harga gabah ini, Amran juga telah membentuk Tim Serap Gabah (Sergab) untuk percepatan serap gabah dengan target 4,4 juta ton gabah atau setara 2,2 juta ton beras hingga Juni 2018.
Tim serap gabah ini terdiri dari sinergi sejumlah pihak di antaranya Bulog, BRI, Petugas Penyuluh Lapangan dan TNI atau Babinsa. [Ant]
Pasalnya, dalam kunjungan kerjanya menghadiri panen raya di Desa Mancagahar, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa, Amran mengatakan dari pemantauannya harga gabah di wilayah Jawa Barat sudah mulai turun sekira Rp700 per kilogram menjadi sekitar Rp3.800 sampai Rp4.000 per kg.
"Ada empat harga yang berbeda-beda kita siapkan agar petani tidak rugi. Kemarin kami menerima laporan bahwa harga turun sampai ada Rp3.800. Ini berbahaya, harus cepat kami bergerak," kata Amran.
Amran menjelaskan empat jenis harga gabah yang disiapkan untuk menghindari kerugian pada petani, yakni pertama, harga di luar kualitas.
Menurut dia, petani sering mengeluhkan kadar air yang tinggi pada gabah sehingga Bulog tidak bisa menyerap produksi tersebut. Oleh karena itu, Amran pun mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang mengatur agar Bulog tetap membeli gabah petani dengan kadar air maksimal 30 persen.
"Terkadang kadari air tinggi, Bulog tidak bisa serap. Kita memasang 30 persen. Permentannya sudah kami keluarkan, jadi kalau kadar airnya tinggi, kita langsung beli," kata Amran.
Jenis harga kedua yakni sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Ada pun menurut Inpres Nomor 5 Tahun 2015, HPP untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp3.700 per kg dan gabah kering giling (GKG) Rp4.600 per kg.
Ketiga, yakni harga fleksibilitas yang ditentukan 10 persen dari HPP. Skema harga keempat, yaitu komersial di mana harga gabah berkualitas tinggi ditentukan oleh Tim Sergab, Bulog dan petani.
Untuk mengimplementasikan keempat skema harga gabah ini, Amran juga telah membentuk Tim Serap Gabah (Sergab) untuk percepatan serap gabah dengan target 4,4 juta ton gabah atau setara 2,2 juta ton beras hingga Juni 2018.
Tim serap gabah ini terdiri dari sinergi sejumlah pihak di antaranya Bulog, BRI, Petugas Penyuluh Lapangan dan TNI atau Babinsa. [Ant]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.