PULAURAJA - Nelson Hutapea (27) setelah diperiksa secara intesif, akhirnya mengaku melakukan pembunuhan terhadap orangtuanya Bangga Hutapea (58) dan Marsaulina (55), warga Dusun VII Desa Rawasari Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan. Kepada METRO, Senin (17/9) Kapolres Asahan AKBP Yustan Alpiani melalui Kapolsek Pulau Raja AKP SM Sitanggang menerangkan, pihaknya sudah mendapat pengakuan dari Nelson yang menyebutkan, bahwa tersangka membunuh orangtuanya dengan menggunakan sebilah golok. Bahkan, pihak kepolisian sudah mendapatkan golok yang sempat dibuang tersangka usai menghabisi nyawa orangtunya.
“Tersangka sudah mengakui perbuatannya, dan alat bukti berupa golok yang digunakan sudah ditemukan,” katanya. Dia menambahkan, walau pun tersangka sudah memberikan pengakuan, pihaknya akan tetap membawa Nelson ke ahli kejiwaan. “Memang suda ada pengakuan, tapi kita akan bawa tersangka ke ahli kejiwaan,” kata AKP SM Sitanggang.
Seperti diberitakan sebelumnya, Minggu (9/9) lalu, peristiwa menghebohkan terjadi di Dusun VII, Desa Rawasari Kecamatan Aek Kuasan. Pasangan suami istri (pasutri) Bangga Hutapea (58) dan Marsaulina Br Simanjuntak (55), ditemukan tewas bersimbah darah di dalam rumahnya. Selidik punya selidik, ternyata pasutri itu meregang nyawa karena dibacoki dengan golok oleh anaknya Nelson Hutapea (27). Bahkan, sankin sadisnya, tangan dan kaki kedua korban ditemukan nyaris putus. Data dihimpun METRO di lokasi kejadian, penemuan tubuh pasutri itu dengan kondisi mengenaskan, kali pertama oleh Adil (11), seorang bocah yang masih terbilang tetangga kedua korban.
Pagi itu, Adil oleh orangtuanya diminta mengantarkan nasi among-among (undangan hajatan berupa makanan) ke rumah kedua korban. Ketepatan, orangtua Adil, dalam pekan ini, akan mengadakan hajatan. Tiba di rumah korban, Adil lantas mengetuk pintu, seraya mengucapkan salam. Namun, berulangkali diketuk, tak ada jawaban dari dalam. Tak ingin berlama-lama di rumah itu, Adil lantas mengintip isi dalam rumah melalui jendela sekadar memastikan bahwa penghuni rumah ada di dalam. Bukannya melihat pemilik rumah, Adil malah melihat, banyak bercak darah berceceran di lantai.
“Jadi tadi Si Adil, anak warga di sini mau ngantar nasi among-among. Karena waktu pintu diketuk nggak ada jawaban, Adil mengintip dari jendela. Terus, lihat ada ceceran darah. Si Adil lari, dan cerita sama beberapa warga di sini,” kata seorang pria yang disapa To saat berbincang-bincang dengan METRO di halaman rumah korban. Masih cerita warga, laporan Adil lantas ditindaklanjuti warga dengan mendatangi rumah korban, dan menghubungi pengetua kampung untuk bersama mengecek apa yang terjadi di rumah korban.
Di luar perkiraan warga, saat pintu rumah dibuka, mereka mendapati pasutri itu sudah tewas bermandi darah, dalam posisi berdampingan. Tubuh keduanya dipenuhi luka bacok. Bahkan, tangan kedua korban nyaris putus. “Dari lukanya, sepertinya dibacok parang. Parah lukanya dek, kepala, kaki, badannya juga penuh luka. Sadislah,” kata warga lainnya. Temuan itu, kemudian dilaporkan warga kepada Kepala Dusun VII Saikun (60). Saikun lantas menghubungi pihak kepolisian, dan melaporkan penemuan itu.
Menjelang tengah hari, Kanit Reskrim Polsek Pulau Raja, Ipda W Siregar bersama sejumlah personil tiba di lokasi, dan melakukan oleh TKP. Sayangnya, olah TKP yang dilakukan sangat tertutup. Tak seorang pun dibiarkan masuk ke dalam rumah, selain kepala dusun dan sejumlah tokoh masyarakat setempat. Pantauan METRO, rumah papan berukuran 5 x 15 meter milik korban langsung dipasang police line, sehingga membuat ratusan warga yang berdatangan dari berbagai tempat, hanya bisa puas melihat-lihat polisi yang tengah bekerja dari luar.
Oleh polisi, setelah melakukan olah TKP yang menghabiskan waktu 3 jam lebih, kedua jenazah dimasukkan ke plastik berwarna gelap dan dibawa menuju RSUD dr Djasamen Pematangsiantar menggunakan ambulance milik Puskesmas Aek Kuasan untuk dilakukan otopsi. Selanjutnya, Nelson yang sempat melarikan diri. Akhirnya ditangkap dari rumah kakaknya di Pematangsiantar. Diketahui, Nelson yang mengenakan celana pendek dan kaos warna ungu tiba di Siantar, Minggu (9/9) pukul 11.00 WIB. Kepada kakaknya Lisna dan abang iparnya Lambok Situmorang, Nelson mengaku orangtua mereka tewas di dalam rumah.
Mendengar itu, Lambok dan Lisna menanyai Nelson tentang kebenaran itu. Tetapi, Nelson tidak menyebutkan orangtuanya tewas karena dia yang membunuh. Bahkan Nelson menuturkan, ketika dia keluar rumah, dia suah melihat orangtuanya telah tewas. Selanjutnya, Lambok menelepon keluarganya di Aek Kuasan untuk mecaritahu keberadaan kedua mertuanya. Akan tetapi pihak keluarga mengatakan rumahnya terkunci dan tidak bisa dibuka.
Lalu Lambok menyarankan, agar membawa pemerintah setempat supaya pintu rumahnya didobrak untuk memastikan pengakuan Nelson. Sementara, sembari menghubungi keluarga yang berada di Aek Kuasan, Lisna dan Lambok melihat celana pendek yang dipakai Nelson ada bercak darah, semakin diperhatikan ternyata bercak darah juga ada di kepala Nelson. Melihat itu, Lambok dan Lisna curiga bahwa Nelson yang membunuh orangtua mereka. Kecurigaan mereka semakin kuat, karena ketika Nelson ditanyai, jawaban nelson berbelit-belit.
Akhirnya, Lambok dan Lisna menghubungi petugas Polresta Siantar meminta supaya Nelson untuk sementara diamankan karena mereka curiga, adiknya itulah yang membunuh orangtua mereka.Sumber MS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.