Kehidupan ekonomi petani kelapa sawit di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan, Riau tergolong cukup sejahtera. Hanya berkebun kelapa sawit, mereka bisa membangun rumah dan membeli kendaraan roda empat kelas atas seperti Toyota Fortuner, Land Rover dan lain-lain.
"Alhamdulillah saya sudah bisa bangun rumah, banyak juga yang beli kendaraan, Innova, Land Rover, Fortuner, saya sendiri beli Innova, semua dari sawit," ungkap salah satu petani di Ukui, Riau Sunaryo, Rabu (2/5/12).
Sunaryo mengakui dengan menjadi petani sawit, hidupnya lebih sejahtera dibanding pekerjaan sebelumnya petani padi. Ia beralasan dengan berkebun sawit, dalam sebulan ia bisa mendapatkan keuntungan bersih Rp 16 juta.
"Saya garap 8 hektar, dalam satu hektar rata-rata taruh lah Rp 1,5-2 juta, jadi rata-rata bisa Rp 16 juta," tutur Sunaryo.
Sunaryo yang telah menggarap sawit selama 24 tahun ini pun telah menunaikan ibadah haji berkali-kali. Ia mengaku, sampai sekarang telah 2 kali pergi haji ke Tanah Suci.
"Alhamdulillah saya sudah naik haji 2 kali, Insya Allah tahun 2013 dengan bapak ibu saya, waktu pertama saya sendiri, kedua saya sama istri dan mertuanya. Bahkan musim haji kemarin, desa ini memberangkatkan 22 kepala keluarga untuk pergi haji, semuanya petani sawit," sambungnya.
Bahkan, dia telah mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang kuliah. Kenyataan ini bagi kebanyakan petani sawit di Ukui, merupakan hal yang lumrah. "Saya bisa menyekolahkan anak, anak saya kuliah di Semarang. Untuk anak petani disini semua yang sudah tamat SMA , pasti masuk kuliah," kata Sunaryo.
Berdasarkan pengamatan, rata-rata taraf hidup perekonomian penduduk sekitar Ukui, Riau terlihat sangat berkecukupan. Hal ini ditandai dengan banyaknya rumah mewah tegak berdiri milik petani yang berdampingan dengan luasnya perkebunan sawit.
"Alhamdulillah saya sudah bisa bangun rumah, banyak juga yang beli kendaraan, Innova, Land Rover, Fortuner, saya sendiri beli Innova, semua dari sawit," ungkap salah satu petani di Ukui, Riau Sunaryo, Rabu (2/5/12).
Sunaryo mengakui dengan menjadi petani sawit, hidupnya lebih sejahtera dibanding pekerjaan sebelumnya petani padi. Ia beralasan dengan berkebun sawit, dalam sebulan ia bisa mendapatkan keuntungan bersih Rp 16 juta.
"Saya garap 8 hektar, dalam satu hektar rata-rata taruh lah Rp 1,5-2 juta, jadi rata-rata bisa Rp 16 juta," tutur Sunaryo.
Sunaryo yang telah menggarap sawit selama 24 tahun ini pun telah menunaikan ibadah haji berkali-kali. Ia mengaku, sampai sekarang telah 2 kali pergi haji ke Tanah Suci.
"Alhamdulillah saya sudah naik haji 2 kali, Insya Allah tahun 2013 dengan bapak ibu saya, waktu pertama saya sendiri, kedua saya sama istri dan mertuanya. Bahkan musim haji kemarin, desa ini memberangkatkan 22 kepala keluarga untuk pergi haji, semuanya petani sawit," sambungnya.
Bahkan, dia telah mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang kuliah. Kenyataan ini bagi kebanyakan petani sawit di Ukui, merupakan hal yang lumrah. "Saya bisa menyekolahkan anak, anak saya kuliah di Semarang. Untuk anak petani disini semua yang sudah tamat SMA , pasti masuk kuliah," kata Sunaryo.
Berdasarkan pengamatan, rata-rata taraf hidup perekonomian penduduk sekitar Ukui, Riau terlihat sangat berkecukupan. Hal ini ditandai dengan banyaknya rumah mewah tegak berdiri milik petani yang berdampingan dengan luasnya perkebunan sawit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.